19 Januari 2008

APA YANG DISIMPAN DI HATIMU BUNDA ..


Bunda Maria, sejak diceritakan dalam perjanjian baru harus menghadapi "perkara" yang sangat sulit. Bagi perempuan masa kini seusianya, persoalan yang dihadapi Maria tentu akan membuat pikirannya kacau-balau dan bisa merasakan apa arti "kesesakan".
Yusuf, pria yang amat dicintainya dan sekaligus menjadi tunangannya, bisa dimaklumi jika sulit menerima kenyataan bahwa dirinya mengandung atas pilihan dan kehendak Allah. Kekecewaan Yusuf terhadap Maria terungkap dengan rencananya yang diam-diam akan menceraikan sesudahnya.
Apalagi, jika dihadapkan pada tradisi dan sikap masyarakat pada waktu itu yang tak memberi ampun kepada perempuan yang mengandung tanpa suami. Kecemasan dan kegentaran teramat membebani hati Maria.
Kesukaran demi kesukaran mesti dihadapi. Maria tidak dapat melakukan kewajibannya sebagai isteri kepada Yusuf pada saat hari pernikahannya. Bahkan, tak berhenti di sini, sejak Yesus berusia 12 tahun, Maria harus pandai menyimpan dalam hati terhadap perubahan yang tak lazim dilakukan anak seusia itu. Hingga akhirnya, Bunda Maria harus melihat dengan matanya sendiri, bagaimana puteranya yang terkasih mengalami intimidasi, penganiayaan dan kematian di kayu salib. Apa sesungguhnya yang disimpan di dalam hatimu Bunda ?

Menjelang Pernikahan

Betapa hiruk-pikuk reaksi keluarga, jika didapati anak gadis mereka hamil! Sulit dibayangkan bagaimana sikap keluarga Yusuf jika mengetahui kejanggalan ini.
Untunglah ada kerabat Maria yang mengerti akan kehendak Allah. Dialah Elizabeth isteri Zakharia, Ibu dari Yohanes Pembaptis (sekalipun banyak orang telah mencapnya sebagai perempuan mandul). Sesungguhnya, janji Allah senantiasa digenapi agar manusia tak perlu takut jika menyerahkan segala perkara kepadaNya. Jalan keluar segala persoalan hambaNya yang setia ada ditanganNya.


Kelahiran Imanuel

Baru selesai persoalan pernikahan, muncul persoalan baru adanya ancaman raja Herodes yang memaksa mereka mengungsi ke Mesir. Dalam kondisi kandungan tua, Maria tidak memperoleh kenyamanan rumah sakit bersalin kelas VIP, melainkan di tengah aroma kandang.


Dari Mesir Kupanggil AnakKu

Setelah keadaan aman, Yusuf membawa Maria dan bayi Yesus kembali ke Israel, di daerah Galilea di kota Nazaret. Genaplah firman Tuhan yang disampaikan oleh nabi Hosea (11:1) : "Dari Mesir Kupanggil AnakKu." dan seperti tertulis dalam kitab nabi-nabi, orang akan menamakan Yesus dari Nazaret. Maria merenungkan segala perkara, baik yang diceritakan oleh orang Majus tentang Yesus, maupun perkataan Simeon dan Hana (Luk 2: 29-38). Maria menyadari, akan banyak peristiwa yang mengguncangkan hatinya, namun Maria tetap pada pendiriannya: "Aku adalah hamba Tuhan , jadilah padaku menurut kehendak Tuhan."


Yesus Usia 12 Tahun

Ketika usai merayakan hari raya Paskah di Yerusalem, Maria dan Yusuf kehilangan Yesus. Tentu saja, sebagai ibu, Maria sangat mencemaskan keberadaan puteranya itu. Ia mendesak suaminya untuk kembali ke Yerusalem, sekalipun jarak yang ditempuh harus berjalan sehari jauhnya. Sesudah tiga hari, akhirnya mereka mendapati Yesus sedang berbicara di tengah kerumunan alim-ulama yang sangat heran akan kecerdasanNya. Sebagai orangtua, wajar jika Maria menegur Yesus. Tetapi, apa jawab Yesus: "Mengapa kamu mencari Aku ?" (Luk2:49). Apa yang dilakukan Maria terhadap jawab Yesus ? Maria menyimpan semua perkara itu di dalam hatinya. Apakah diamnya Maria karena ia seorang ibu yang lemah hatinya ? Ketika malaikat menyampaikan kabar kepadanya, Maria sudah menyadari konsekuensi yang harus dipikulnya. Ia mengandung karena Roh Kudus, sehingga jiwanya pun telah bersentuhan dengan keilahian. Kendati demikian, kemanusiaannya masih melekat seperti halnya Yesus yang berpeluh darah ketika berdoa, karena tahu akan menghadapi maut. Maria tidak tahu apa yang ia hadapi, tetapi mengerti bahwa ia dipilih Allah untuk menjalani kehidupan bukan lagi menurut keinginannya, tetapi yang dikehendaki Yang Maha Kuasa. Maria sungguh-sungguh menyerahkan semua perkara (boleh jadi 99,99%) kehidupannya dan tidak mengandalkan pikiran ataupun kemampuannya sendiri. Apapun yang terjadi terhadap dirinya dan keluarganya. Baik dan buruk dari Allah sesungguhnya misteri rahmat dan karunia. Mampukah kita berserah diri kepadaNya dengan ikhlas dan tanpa menggerutu, mengeluh ataupun












Salib dan Kebangkitan


Maria mendampingi, meyakini dan mendukung kebenaran ucapan, pikiran dan tindakan Yesus, mulai dari khotbahnya hingga kematian di kayu salib.
Maria tak ragu akan kuasa Yesus, sehingga sekalipun belum waktunya memaksa Yesus membuat mukjizat pada pesta perkawinan di Kana (Yoh2: 3-4;11). Begitu pula, ketika Maria melihat keteguhan hati Yesus menghadapi ketidakadilan dan penyiksaan oleh para imam dan tentara Romawi. Maria tidak memaksa Yesus untuk menyerah, agar bisa selamat. Ataupun berusaha menyuap para pembesar dan hakim agung. Segala duka dan luka hatinya, ia persembahkan kepada Allah (Bukankah Yesus juga berbuat demikian, bahwa semua yang diperbuatNya diperuntukkan bagi BapaNya ?)

Diangkat ke Surg
a

Manusia bisa tidak setia tidak hanya kepada Allah, juga kepada sesama. Namun, kasih setia Allah tak berkesudahan. Janji Allah senantiasa terlaksana digenapi. Terutama kepada semua hambaNya yang melakukan perintah dan ketetapanNya. Maria dipermuliakan karena iman. Segala keturunan sekarang menyebut Maria "Berbahagia" (Luk1:48). Maria mengajarkan kepada kita, bahwa hidup dan kehidupan sesungguhnya milik Tuhan.

IMPRESI PERAWAN SUCI

Begitu banyak seniman yang mencoba menggali bagaimana ekspresi Bunda Maria dalam menghadapi berbagai peristiwa dalam hidupnya. Setiap bangsa memiliki impresi tersendiri untuk melukiskan "Perawan Suci", baik dalam

seni patung, lukisan maupun
keramik. Bahkan, seorang fotografer yang tak diketahui namanya mencoba menggambarkan sosok Bunda Maria dalam wujud model perempuan secara realis.
Berikut beberapa cuplikan gambar yang berhasil dikump
ulkan. Mulai dari menerima kabar gembira, pelarian ke Mesir, kedatangan Tiga Raja, hingga Yesus disalib.

ARSITEKTUR GEREJA DI BELAHAN DUNIA






















Paling atas: Gereja di Madrid.
Berikutnya ke bawah: Gereja St. Benedictus di Hawaii, Basilika Kanada, Katedral St. Petrus. Roma, Katedral Kanada, Katedral National, Gereja St. Stephen, Viena, Gereja St. Peter, Vatican.

BERAPA BANYAK SALIB DI RUMAH KITA ?


Berapa banyak salib menghiasi rumah Anda ? Mari kita perhatikan, mulai dari ruang keluarga, kamar tidur, hingga ruang makan, belum lagi jika ditambah dengan salib yang tergantung pada rosario dan tentunya lebih dari satu yang dimiliki. Ada sementara anggapan, bahwa semakin banyak salib, maka rumah kita aman dari gangguan roh jahat alias bebas hantu. Ada pula yang berpendapat, bahwa salib mengingatkan kita akan penderitaan Yesus, serta meyakini pula kehadiran Yesus di rumah kita. Hanya itukah kesadaran kita tentang makna salib, sehingga seolah "warisan" yang diberikan Yesus kepada kita terbatas pada kegunaan keselamatan di bumi ? Mengapa menjelang kematianNya, Yesus justru meruntuhkan bait Allah yang menjadi tempat persembunyian "kemunafikan" imam dan bangsa Yahudi (Mark14; 58-59)?


Salib Sejati


Salib yang berada di rumah kita, sesungguhnya adalah seluruh anggota keluarga. Diri kita sendiri. Itulah yang dikehendaki Yesus agar kita menjadi "salib hidup" bukan "salib kematian" yang menjalankan semua perintahNya. Salib yang kita tinggalkan di rumah, ketika kita menjalankan segala aktifitas: sekolah, bekerja, berbelanja, rekreasi dan sebagainya, menjadi sia-sia jika semua perilaku kehidupan kita justru mengingkari firmanNya (luk6:46)


Salib Terang

Seperti yang diteladani Yesus ketika menjalani peran sebagai manusia, segala sesuatu yang diperbuat olehNya adalah dipersembahkan untuk BapaNya di Sorga (Yoh 5: 36) . Demikian pula yang diharapkan Yesus kepada kita, semua pikiran, ucapan dan perbuatan kepada sesama hendaknya diperbuat untuk persembahan kepada Allah. Dengan melakukan seperti yang diajarkan Yesus, maka kita akan menjadi "salib terang" yang mampu memberi manfaat kebaikan kepada sesama. Jika kasih menjadi kehidupan kita, maka tak ada lagi tempat bagi kebencian, permusuhan dan angkara murka. Mari, kita berubah untuk berbuah.

16 Januari 2008

KADO TERINDAH UNTUK YESUS





Setiap kali merayakan Natal, banyak diantara kita yang menyiapkan bingkisan, atau kado untuk kerabat dan handai taulan. Bahkan, dalam keluarga besar seolah menjadi tradisi untuk menaruh kado di bawah pohon Natal. Saling memberi hadiah memang tak dilarang, kecuali dengan maksud menyuap.Terlupakan oleh kita, siapa sesungguhnya yang paling pantas diberikan kado, bukankah selayaknya kepada Kanak Yesus yang baru lahir. Seperti halnya, kita memberikan kado sebagai tanda ikut bersukacita kepada saudara maupun relasi dengan kelahiran seorang bayi ? Untuk apa, kita memberi kalau kemudian saling membenci. Untuk apa, kita memberi kalau hanya ingin dipuji. Untuk apa, kita memberi kalau akhirnya mengharapkan balas budi. Sungguh kasihan Yesus !